LAPORAN SURVEY CEPAT KLB GEMPA DI KABUPATEN TASIKMALAYA

RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI JAWA BARAT 2009
oleh :
Nining Maryam,S.Pd
Metty Widiastuti,M.Kep
Ramadhanti, dr


I.    PENDAHULUAN

Gempa Tektonik 7,3 Skala Richter yang terjadi di Provinsi Jawa Barat pada tanggal 02 September 2009 jam 15.20 WIB telah memporak porandakan sebagian daerah Tasikmalaya, Garut (Pameungpeuk dan Cikelet)  dan Cianjur Selatan. Catatan terakhir korban meninggal yang kami dapatkan dari dinas kesehatan Kabupaten Tasikmalaya berjumlah 4 orang berasal dari kecamatan Salawu, Cigalontang, Cisayong dan Sodonghilir (Lihat lampiran laporan data rekapitulasi). Adapun kerusakan fisik seperti bangunan rumah, puskesmas dan bangunan lainnya yang terjadi di beberapa kecamatan tersebut dapat dilihat pada lampiran. 
Hasil survey cepat yang dilakukan pada tanggal 04 September 2009 di 2 kecamatan yaitu Cineam dan Cigalontang melalui windshield survey dan wawancara dengan dinas kesehatan Kabupaten Tasikmalaya, Kepala Puskesmas Karangjaya (Cineam) dan Kepala Puskesmas Cigalontang, maka didapatkan data sebagai berikut:
  • Kebutuhan sumber daya pelayanan kesehatan pasca sehari gempa masih ditekankan pada kebutuhan penanganan secara fisik (luka ringan), luka berat di rujuk langsung ke RS terdekat serta obat-obatan. Kendala yang terjadi sampai saat dilakukan survey belum semua kecamatan termasuk kecamatan. Bojonggambir belum mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal sehubungan dengan jarak yang berjauhan dan keterbatasan koordinasi antar wilayah

  • Kebutuhan perbaikan tempat tinggal karena sebagian besar rumah penduduk dan bangunan lainnya (puskesmas, pustu, kantor kecamatan dll) mengalami kerusakan parah, untuk sementara penduduk tinggal di barak-barak yang telah di siapkan oleh pemerintah maupun LSM.

  • Pasokan kebutuhan pangan sampai saat ini masih mencukupi dari pemerintah daerah, polisi/TNI dan LSM

  • Kejadian masalah psikososial pasca bencana telah terlihat, menurut Kepala Puskesmas Cigalontang beberapa penduduk banyak yang histeris karena rumahnya ambruk, menangis dan melamun serta beberapa penduduk mengatakan masih ketakutan untuk kembali ke rumah. Serta telah dilakukan tindakan seadanya oleh petugas puskesmas yang terbatas (walaupun kejadian gempa ini sudah yang kedua kalinya, dimana yang pertama terjadi pada tahun 1979).


  • II.    TUJUAN
    Mengkaji resiko gangguan kesehatan jiwa yang kemungkinan terjadi pada pasca bencana gempa

    III.    MANFAAT
    Mendapatkan data awal mengenai kemungkinan status kesehatan jiwa di daerah pasca Gempa Kabupaten Tasikmalaya berdasarkan jumlah korban kehilangan baik material maupun immaterial

    IV.    KEGIATAN YANG DILAKUKAN
    1. Survey diawali dengan mengunjungi Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya dan diterima oleh Ka Bid Yan Kes H. Dirman Sudirman dan Ka Bid Kesus Dr Syarhan, yang juga menjadi ketua Sarkolak.
      Tim: Memberikan penjelasan tentang tujuan kedatangan dalam membantu korban pasca bencana dalam masalah psikososial serta memberikan buku saku panduan penanganan masalah psikososial serta kesediaan anggota Tim dalam membantu menangani permasalahan yang berkaitan dengan kesehatan mental bagi perawat puskesmas, relawan dan kader kesehatan dalam menangani korban pasca bencana.
    2. Mengawali kunjungan survey ke Kecamatan Cineam yang berjarak 45 Km dari Kota Tasikmalaya dengan medan perjalanan yang sulit serta memerlukan jarak tempuh sekitar 2 jam (j.10.00 – 13.00wib). Mengunjungi Puskesmas KarangJaya serta mendapatkan keterangan langsung dari Kepala Puskesmas Kertajaya (Bpk Yayat SKM) dikatakan bahwa tidak ada korban jiwa dan beberapa korban luka ringan dilakukan penanganan oleh Pustu di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cineam. Kunjungan ke beberapa penduduk yang mengalami kerusakan tempat tinggal dan mengungsi ke saudara-saudara, menempati tenda yang dibuat sendiri di lapangan/halaman rumah karena masih ketakutan tertimpa bangunan. Umumnya penduduk menanggapi keadaan ini dengan tenang.
      Tim : Memberikan penjelasan kepada Kepala Puskesmas maksud dan tujuan  dalam menangani korban pasca gempa dalam menangani masalah psikososial akibat dampak gempa. Memberikan serta menjelaskan buku saku panduan penanganan masalah kesehatan mental yang biasa muncul pasca bencana serta menyatakan kesiapan membantu perawat puskesmas, petugas kesehatan lainnya dan relawan untuk memberikan informasi dan bantuan lebih lanjut.  
    3. Jam 13.00-16.00 WIB, kunjungan ke kecamatan Cigalontang. Menemui Kepala Puskesmas Kecamatan Cigalontang (H. Aam, SKM, MKM), bangunan Puskesmas Cigalontang sendiri mengalami kerusakan parah, bahkan saat kejadian gempa ada seorang pasien sedang ditangani didalam gedung puskesmas karena mengalami diare tetapi dengan tindakan evakuasi cepat sehingga tidak tertimpa reruntuhan, untuk sementara pelayanan kesehatan oleh Puskesmas tersebut dipindahkan ke Kantor  Kecamatan Cigalontang yang berada di seberang bangunan Puskesmas yang runtuh. Menurut Kepala Puskesmas di wilayah kerjanya terdapat 1 orang korban penduduk tewas karena tertimpa reruntuhan bangunan rumahnya sendiri, saat setelah kejadian gempa terdapat beberapa penduduk yang histeris dan depresi kemudian oleh puskesmas segera di rujuk ke RSU Tasikmalaya.  Posko pelayanan kesehatan, dapur umum, serta tenda pengungsi (3 tenda) didirikan di lapangan depan kantor Kecamatan Cigalontang. Dilanjutkan dengan mengunjungi penduduk, didapatkan data bahwa saat ini yang penduduk sangat membutuhkan obat-obatan untuk hipertensi, rheumatic, pusing dan tidak bisa tidur.
      Tim : Memberikan penjelasan kepada Kepala Puskesmas maksud dan tujuan  dalam menangani korban pasca gempa dalam menangani masalah psikososial akibat dampak gempa. Memberikan serta menjelaskan buku saku panduan penanganan masalah kesehatan mental yang biasa muncul pasca bencana serta menyatakan kesiapan membantu perawat puskesmas, petugas kesehatan lainnya dan relawan untuk memberikan informasi lebih lanjut.
    V.    PERENCANAAN JANGKA PANJANG
    1. Perlu dilakukan survey data sekunder untuk menguatkan perkiraan data awal terutama yang terjadi berkaitan dengan dampak psikososial 
    2. Dibentuk tim penanganan psikososial setelah pasca bencana serta memberikan psikoedukasi untuk perawat puskesmas dan relawan
    3. Setelah pasca bencana (3 minggu) perlu dilakukan aksi social untuk mengantisipasi masalah psikososial 
    Lampiran I
    Lampiran II

    0 komentar:

    Posting Komentar